Thursday, August 2, 2012

Mahar

Dikutip dari KulTwit akun @kupinang dan @salimafillah yang ditanya mengenai mahar Rasulullah. Berikut kutipannya:

Tapi bagaimana ust. (mengenai) mahar Rasulullah kepada Khadijah? bukankah nilainya sangat besar?

Ada beberapa hal yang perlu kita pertanyakan. Pertama, adakah riwayat yang memenuhi standar untuk dijadikan pegangan? Bagaimana kedududkan riwayat tersebut? Shahih?

Kedua, mungkinkah Rasulullah saw. termasuk orang yg bertentangan antara kata dan perbuatan? Sungguh, Rasulullah saw. ma'shum. Ma'shum berarti beliau terjaga dari berbuat maksiat, tak terkecuali bermaksiat karena mengingkari ucapannya sendiri.

Ketiga, seandainya (dan pengandaian itu tak dapat menjadi pegangan hukum) riwayat yang menyebut mahar yang beliau berikan luar biasa besar, ada dua pertanyaan lagi yang perlu kita ajukan. Pertama, itu mahar Muhammad saw. atau Rasulullah saw.? Sebelum bi'tsah (pengangkatan beliau sebagai nabi), maka ucapan dan tindakan beliau bukan merupakan acuan hukum. Kedua, bagaimana mereka mengkonversikan mahar tersebut sehingga menemukan angka milyaran rupiah? Ini harus adil dan benar.

Contoh sederhana, upah menggembala kambing pada masa Muhammad saw. beliau adalah beberapa qirath emas. Standar upah itu sebagaimana kita jumpai pada HR Bukhari tatkala Rasulullah saw. bersabda setiap nabi pernah menggembala kambing. Artinya, beberapa qirath emas merupakan standar upah menggembala kambing DI MASA ITU. Di masa sekarang?!? Lain ceritanya. Mana yang lebih mahal, Fortuner atau tanah 1 hektar? Sangat tergantung tempatnya. Begitu pun nilai sapi per ekor.

Jadi, kita perlu berhati-hati dalam membuat konversi. Apalagi jika mengabaikan riwayat, lalu bersibuk dg nilai konversi yang kita persangkakan menurut "nilai" di sini dengan mengabaikan nilai di sana pada waktu itu.

Mengabaikan riwayat dan menyibukkan diri pada nilai konversi yang kita persangkakan, dapat menjatuhkan kita pada kategori dusta. Dan di antara dusta yang amat buruk adalah berdusta atas nama nabi. Na'udzubillahi min dzaalik. Jazaakumullah atas pertanyaannya. Semoga Allah Ta'ala muliakan Antum bersebab keinginan untuk mengenal Nabi saw. dengan benar. Semoga pula Allah Ta'ala masukkan kita semua ke dalam barisan orang-orang yang mengikuti Nabi saw. dengan benar.

Sesungguhnya Ibnu 'Abbas ra. pernah ditanya, "Dengan apakah engkau mendapatkan ilmu?" Beliau menjawab, "Dengan lisan yang banyak bertanya, hati yg selalu berpikir & badan yang tak kenal lelah."

(sementara dalam riwayat lain)

Ibn Hisyam meriwayatkan Sirah-nya dari Ibn Ishaq; Khadijah menghibahkan 100 unta kepada Abu Thalib menjelang pernikahannya dengan Muhammad. Abi Thalib yang memahami bahwa Khadijah adalah wanita bangsawan berkedudukan tinggi yang selaiknya dimuliakan, menjadikan 100 unta itu sebagai hadiah bagi pernikahan Muhammad & Khadijah. Jadi 100 unta itu bukan mahar; melainkan hadiah Abu Thalib untuk pernikahan Muhammad demi penghormatan pada Khadijah; pun itu berasal dari hibahnya Khadijah. WaLlahu A'lam. Semoga Allah membimbing kita meneladani Nabi SAW dengan fahaman yang lurus & diridhai. Takutnya banyak yg lupa bahwa saat menikah dg Khadijah, Muhammad blm jadi Nabi. Jadi tidk harus ditiru :)

Takutnya banyak yg fokus pada mahar Nabi, tapi lupa akan shalat Nabi dan zuhudnya, dan terjebak worldview materialisme. Sungguh kejam jika siroh Nabi dijadikan justifikasi tuk berlari kencang menuju sujud pada materi. Mengapa fokus pada masa pra wahyu dan mengabaikan masa turunnya wahyu?

No comments:

Post a Comment