Monday, August 15, 2011

racauan racauan

berpikir dan berpikir tanpa pelaksanaan sama juga nihil.

melihat dan merasakan lantas membandingkan EYD yang terakhir dengan sebelumnya: terasa aneh. ada banyak kata serapan yang kemudian menjadi aneh karena perubahan penyerapan. kebijakan penghilangan tanda petik pada kata serapan, terutama yang asalnya dari bahasa arab menjadi terasa berubah makna walaupun menurut penjelasan dari dewan bahasa tidak ada perubahan bunyi. tapi, yang namanya masyarakat awam, penyebutan mereka ya sesuai penulisan. yang paling terasa: jumat dan tajil. jumat asalnya, jum'at; ini karena menandakan hari dimana laki-laki muslim diwajibkan untuk sholat bersama-sama di masjid. berasal dari kata jama'ah. secara fakta dan umum orang akan tetap menyebutkan jumat bukan jum'at. lantas tajil; asalnya dari kata ta'jil yang artinya hidangan pembuka puasa. akibat dari kebijakan ini, maka kata ini menjadi tajil dan dibaca tajil, bukan ta'jil.
bukan mau bersikap rasis, tetapi menilik siapa-siapa yang berada dalam dewan bahasa sekarang ini sebagian besar merupakan non-muslim yang mana (mungkin) kurang mengerti pelafalan bahasa. terutama awam, bahkan yang muslim sekalipun, tidak tahu bahwa sedikit saja pelafalan bunyi berbeda menjadikan arti yang juga berbeda. seperti halnya dalam Bahasa Indonesia sendiri, dimana antara apel yang bermakna buah berbeda arti sangat jauh dengan apel yang berarti upacara. bahkan dalam bahasa mandarin, perbedaan penekanan bunyi, membuat arti yang bisa berakibat fatal (ini kata kolega saya dulu yang asli orang mandarin). *meh, sok tahu-nya nongol deh*

sambung lagi ntar edisi berikutnya!