Monday, August 15, 2011

racauan racauan

berpikir dan berpikir tanpa pelaksanaan sama juga nihil.

melihat dan merasakan lantas membandingkan EYD yang terakhir dengan sebelumnya: terasa aneh. ada banyak kata serapan yang kemudian menjadi aneh karena perubahan penyerapan. kebijakan penghilangan tanda petik pada kata serapan, terutama yang asalnya dari bahasa arab menjadi terasa berubah makna walaupun menurut penjelasan dari dewan bahasa tidak ada perubahan bunyi. tapi, yang namanya masyarakat awam, penyebutan mereka ya sesuai penulisan. yang paling terasa: jumat dan tajil. jumat asalnya, jum'at; ini karena menandakan hari dimana laki-laki muslim diwajibkan untuk sholat bersama-sama di masjid. berasal dari kata jama'ah. secara fakta dan umum orang akan tetap menyebutkan jumat bukan jum'at. lantas tajil; asalnya dari kata ta'jil yang artinya hidangan pembuka puasa. akibat dari kebijakan ini, maka kata ini menjadi tajil dan dibaca tajil, bukan ta'jil.
bukan mau bersikap rasis, tetapi menilik siapa-siapa yang berada dalam dewan bahasa sekarang ini sebagian besar merupakan non-muslim yang mana (mungkin) kurang mengerti pelafalan bahasa. terutama awam, bahkan yang muslim sekalipun, tidak tahu bahwa sedikit saja pelafalan bunyi berbeda menjadikan arti yang juga berbeda. seperti halnya dalam Bahasa Indonesia sendiri, dimana antara apel yang bermakna buah berbeda arti sangat jauh dengan apel yang berarti upacara. bahkan dalam bahasa mandarin, perbedaan penekanan bunyi, membuat arti yang bisa berakibat fatal (ini kata kolega saya dulu yang asli orang mandarin). *meh, sok tahu-nya nongol deh*

sambung lagi ntar edisi berikutnya!

Sunday, April 24, 2011

cerita cerita kacau

diantara kebingungan-kebingungan yang ada, kata orang masih ada setitik jalan. nah, kok aku belum nemu yah?

thinking on how old now and the achievement already have, oftenly make me dizzy. at this age and still have none to proud of. and out of those, there's pressure gotten from surrounding people I know they care enough to me.

sometimes just want to go in the middle of the jungle. meeting tarzan or the kind of. but, to think of it, place where I live was, however, can be called so but in different term: concrete. the people who live inside it, can be considered as animal - in term of their habbit and so - despite thier humanity of course. those who weak are considered as prey.

maybe, it just maybe.

and then, the story goes. life without goals, or something similar to it a friend say it as: no different as zombie, so better be dead or live with it. bear it or just dead.

lantas dalam kebingungan-kebingungan, pijakan yang tak lagi kuat, kompleksitas maksiat dan memudarnya -so called- kebenaran. maka tak lagi ada mata arah yang jelas. grey area.

deception, inception.
truth, lie.
goals, incertainty.
crazyness, sanity.

among those who lose their sanity, there's life a truth beneath and sanity.

aaargghhh...............

Tuesday, January 18, 2011

OTW ke Jogja

Beberapa hari mendatang kayaknya bakalan sibuk banget. Awal Februari sepupu menikah di Jogja. Dengan keluarga dibagi 2 kelompok: kereta dan mobil. Dan sudah pasti gw ada di rombongan mobil. Emang sapa lagi yg nyetir? Hehe (over pede).
Ada beberapa halangan menuju Jogja:
1, Cuaca. Akhir2 ini kalo liat berita di tipi yang ada bencana. Lagi mikir soal rute. Mau lewat utara, berita terakhir jalur utama kena banjir. Jalur tengah juga gitu, malah, Magelang banjir bandang lahar dingin Merapi. Pilihan terakhir ya lewat selatan.
2, Rute. Oke, lewat selatan. Ada tapinya, ogah jalan malem, BAHAYA. Alasannya karena jalur selatan itu berkelok dan beberapa ruas rusak parah. Kalo rusaknya di daerah rame mungkin ga terlalu masalah, lha ini di tengah hutan. Dan menurut teman, kondisinya belum berubah sejak terakhir kali lewat 3 tahun lalu pas turing dulu. Alternatifnya ya mampir dulu ke Pangandaran :D. Karena dari perhitungan perjalanan, sampe Banjar itu sekitar jam 3 sore. Kalo dilanjut, bisa2 masuk hutan pas maghrib. OGAAAH....
3, Siapa dimana. Oke, rute udah, tinggal memastikan siapa dimana. Siapa aja yg ikut kereta, siapa yg ikut mobil. Jeh, bahkan sampe hari ini masih belum final siapa yg bakal ikut mobil kedua dan kereta.
Itu untuk perjalanan. Next problem yang pra-perjalanan:
1, kondisi kedua mobil belum di cek. Hehehe....ini yg bikin bingung. Mobil 1 udah punya jadwal ke bengkel. Tapi yg bawa belum ada. Mobil 2 lebih parah, belum ada jadwal dan belum ketauan sapa yang bawa.
2, di waktu yang mepet ini ternyata mobil 1 awal Februari mesti perpanjang pajak. Semoga ntar ga ada masalah di Samsat, amiiin.
3, ini kondisi yang sangat diluar perhitungan. Kedatangan adek nenek yg dalam keadaan "linglung". Keluarga yg lain udah angkat tangan. Keluarga gw sendiri, juga angkat tangan, karna rumah kita udah ga ada ruangan lagi. Boo, rumah tipe 36 dengan 8 orang penghuni masih mau ditambah lagi? Anaknya sendiri yg di Jakarta boleh dibilang hopeless karna buat dia sendiri aja susah, apalagi menampung. Alternatif yg paling mungkin ya transfer ke anaknya yg ada di Sukabumi. Yang di Jatim sana metodenya mesti kasih suprise, kalo enggak pasti punya seribu alasan buat mengelak (lets hope their not, he's their father anyway).
Semoga Tuhan memberi jalan atas urusan kami, amiin.